top of page

“The Unchosen Way”

Pada era pemerintahan kerajaan kuno, ada sebuah desa terpencil yang bernama North Ville. Penduduk di desa ini mengalami kemiskinan akibat peperangan yang berlangsung cukup panjang sehingga segala hasil panen dan harta yang dimiliki oleh penduduk dirampas oleh para penjajah. Namun, dari semua kisah tragis yang terjadi di desa North Ville, Amithy ingin menceritakan kisah salah seorang gadis belia berusia 17 tahun yang bernama Allegra, dan beginilah kisah ironisnya. Sejak lahir Allegra hanya memiliki sosok ibu yang ada di sisinya. Dari isu yang beredar, ayah Allegra adalah seorang pemabuk berat yang pergi meninggalkan istrinya sejak Allegra masi didalam kandungan. Ayah Allegra yang saat itu dalam kondisi mabuk tidak sadar telah melakukan hubungan intim dengan ibu Allegra, dan setelah mengetahui bahwa wanita yang ia tiduri telah mengandung, ia menyuruh untuk menggugurkan kandungan tersebut. Namun ibu Allegra menolak untuk melakukan hal itu sehingga membuat ayah Allegra pergi meninggalkan dirinya.


 

Seiring waktu berjalan, Allegra tumbuh menjadi seorang remaja yang elok parasnya. Allegra tumbuh menjadi seorang remaja dengan tinggi sekitar 165cm, berbadan kurus ramping dengan rambut separuh ikal yang panjangnya hingga sepinggul, dan kulit yang seputih salju membuat Allegra menjadi primadona di North Ville. Berbeda dengan Allegra, sang ibu malah menjadi semakin tua renta termakan oleh usia senja. Hingga suatu ketika ibu Allegra jatuh sakit, namun karena kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Allegra terpaksa hanya bisa merawat ibu nya di rumah saja. Melihat kondisi ibu nya yang semakin hari bertambah buruk, Allegra akhirnya memutuskan untuk mencari pertolongan dari penduduk dan dokter yang ada di desanya.


 

“Permisi tuan, saya dengar anda adalah seorang dokter. Apakah anda bersedia meluangkan waktu sebentar saja untuk datang ke rumah dan memeriksakan kondisi ibu saya? saya rasa kondisi ibu semakin memburuk dan membutuhkan pertolongan.”


 

“Apakah engkau memiliki cukup uang untuk menanggung biaya pengobatan ibumu nanti? Karena jika kulihat dari penampilanmu, sepertinya engkau bukan dari keluarga yang sanggup membayar.”

“Saya mungkin tidak memiliki cukup uang dok, tapi saya akan memberikan sisa persediaan makanan dan minuman yang keluarga kami miliki sebagai imbalan atas jasa anda.”


 

“Maaf anak muda, tapi kurasa lebih baik engkau pergi mencari dokter lain saja yang bersedia dibayar dengan persediaan makanan dirumahmu itu.”


 

Allegra hanya terdiam mendengar jawaban dari sang dokter yang sangat melukai hatinya dan pergi mencari bantuan dari dokter lain. Sayangnya, usaha yang dilakukan Allegra tidak berujung baik, para dokter hingga penduduk desa menolak untuk memberi pertolongan kepada Allegra. Haripun semakin gelap, Allegra yang khawatir dengan kondisi ibunya memutuskan untuk kembali ke rumah. Namun, siapa yang menyangka bahwa malam itu adalah malam terakhir dimana Allegra melihat sosok ibunya.


 

“Nak, kamu kemana saja? Kok larut begini baru sampai rumah? Ibu sangat khawatir kalau sesuatu terjadi denganmu.” ucap sang ibu dengan nada lemas yang menahan sakitnya.


 

“Maafkan aku bu, aku tadi berusaha mencari pertolongan dari dokter untuk mengobati ibu. Karena kurasa kondisi ibu semakin memburuk, tapi mereka semua menolak datang kemari melihat kondisi ibu karena aku tidak memiliki cukup uang untuk membayar biaya pengobatan. Bahkan sampai penduduk desa juga tidak ada satupun yang mau menolong memberikan sedikit bantuan biaya pengobatan. Aku sangat sedih sekali.” Sahut Allegra dengan berlinang air mata.


 

Dengan tersenyum tipis dan suara lembut sang ibu menjawab Allegra,


 

“Terima kasih banyak anak-ku, ibu sangat bersyukur sekali bisa melahirkan anak yang baik hati sepertimu. Hanya saja ibu rasa kamu tidak perlu repot repot lagi untuk mencari pertolongan, cukup temani ibu saja untuk yang terakhir kalinya maka ibu dapat beristirahat dengan tenang hanya dengan ditemani oleh anak kesayangan ibu.”


 

“Maafkan ibu ya nak, karena ibu belum bisa memberikan kehidupan yang seharusnya kamu rasakan seperti anak-anak lainnya. Ibu akan selalu menjagamu dari kejauhan, ibu menyayangimu, Allegra.” Tutup sang Ibu yang kemudian menghebuskan nafas terakhirnya.


 

Dan pada akhirnya, Allegra harus kehilangan sosok keluarga satu-satunya yang ia miliki. Pada malam Allegra kehilangan ibunya, ia hanya bisa menangis sambil memegang erat tangan jenazah sang Ibu. Allegra sangat merasa hampa dan ia bersumpah akan melakukan apapun demi bisa menghidupkan kembali sosok ibunya.


 

“Kumohon, siapapun.. Tolong bawa kembali ibuku. Aku benar benar tidak siap untuk kehilangannya sekarang. Aku sangat menyayanginya. Apapun akan kulakukan demi membawa kembali ibuku, aku bersumpah atas hidupku.”


 

Ucapan penuh putus asa yang diutarakan Allegra rupanya didengar oleh iblis. Melihat kehampaan yang dirasakan oleh Allegra, sang iblis yang memiliki sosok tubuh berwarna hitam pekat dengan bola mata yang merah seperti darah tiba tiba datang menawarkan perjanjian untuk menghidupkan kembali ibunya dengan syarat Allegra harus menjadi pengikut sang iblis sebagai gantinya.


 

“Sungguh kejam sekali orang-orang diluar sana, enggan memberikan bantuan hingga engkau harus kehilangan orang tua mu satu-satunya. Jadilah pengikutku maka sebagai gantinya, akan kuberikan ilmu sihir yang dapat membawa ibumu kembali ke sisimu.”


 

Tanpa berpikir panjang, Allegra pun menyetujui persyaratan dari sang iblis.


 

“Kumohon tolong berikan kepadaku ilmu sihir itu. Apapun, apapun akan kuberikan sebagai bayarannya.” Jawab Allegra dengan penuh hasrat ingin membawa kembali sosok ibunya.


 

Lalu diberinya sebuah buku mantra oleh sang Iblis agar Allegra bisa menghidupkan kembali ibunya, dengan menumpahkan sedikit darah dari sayatan jari Allegra pada sampul buku mantra tersebut maka terbuatlah perjanjian antara Allegra dengan sang iblis . Sayangnya, karena terjadi kesalahan dalam pengucapan mantra tersebut, Ibu Allegra berhasil dihidupkan kembali namun dalam sosok seekor kucing berwarna hitam pekat. Allegra sangat terkejut dengan apa yang terjadi, sayangnya ia tidak tahu bagaimana cara mengembalikan mantra yang telah digunakannya itu. Karena tertulis dalam buku mantra tersebut bahwa mantra besar yang telah dilontarkan tidak dapat dikembalikan seperti semula dan akan memakan 10 tahun dari usia sang pengguna mantra tersebut sebagai harga yang harus dibayarkan. Hal ini membuat diri Allega semakin menua dengan cepat dan tidak terlihat seperti gadis remaja yang belia. Akibat dari kondisi Allegra yang semakin berantakan ini, ia sangat merasa kecawa sehingga tumbuh rasa dendam kepada seluruh dokter dan penduduk yang ada di desanya. Dengan buku sihir yang ia dapatkan dari sang iblis, Allegra memutuskan untuk membalas dendam kepada seluruh penduduk yang ada di North Ville terutama kepada para dokter yang anggapnya sebagai penyebab dari semua musibah yang ia alami saat ini.


 

To be continued…

bottom of page